IBD 4.A: Manusia dan cinta kasih
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke-21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:
- Perasaan terhadap keluarga
- Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
- Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
- Perasaan yang hanya merupakan kemauan, keinginan hawa nafsu, atau cinta eros
- Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
- Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
- Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
- Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
- Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme
Pengertian cinta menurut
Dr sarlito w sarwono bahwa cinta memiliki 3 unsur yaitu
1.keterikatan, adalah adanya perasaan
untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan
orang lain kecuali dengan dia, ada uang sedikit beli hadiah untuk dia
2.keintiman, adanya kebiasaan dan
tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi panggilan formal seperti bapak, ibu saudara digantikan dengan
sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya.makan sepiring berdua
3.kemesraan, adanya rasa ingin
membelai dan dibelai, rasa kangen rindu kalo jauh atau lama tak bertemu, adanya
ungkapan ungkapan rasa sayang dan seterusnya.Tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. kadang kadang ada yang keterikatannya sangat kuat tetapi keintiman atau kemesraannya kurang, cinta seperti ini mengandung kesetiaan yg kuat dan kecemburuan yang besar, sehingga dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan oleh kemesraan dan keintiman
Tiga tingkatan Cinta
- Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada tuhan.
- Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orangtua, anak, saudara, istri atau suami dan kerabat.
- Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal.
Menurut ibnu al-arabi (tokoh filosofi islam) mengenai rasa cinta, ia membaginya dalam 3 tingkatan, yaitu:
1.Cinta Natural. cinta ini bersifat
subjektif, kita lebih mementingkan keuntungan diri sendiri. Contohnya,
kita dapat mencintai seseorang karna dia telah menolong kita, berbuat
baik pada kita. Seperti cintanya seekor kucing pada majikannya karna
telah merawatnya.
2.Cinta Supranatural. Cinta ini brsifat
objektif, tanpa pamrih. dimana kita akan mencintai seseorang dengan
tulus tanpa mengharapkan timbal balik walau masih ada muatan subjektif.
Contohnya seperti cintanya seorang ibu pada anaknya, ia rela berkorban
apapun dan bgaimanapun caranya demi kebaikan anaknya walaupun tanpa ada
balasan (rasa cinta) dari anaknya tersebut. Pada tingkat inilah kita
akan mulai memahami pepatah yang menyabutkan “cinta tak harus memiliki”
3.Cinta Ilahi. Inilah kesempurnaan dari
rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yand
kita cintai. Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini
kita tidak akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki,
penyerahan secara penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa
bahwa apapun yang kita miliki adalah milik objek yang kita cintai.
Menurut Kang Zain:
1. Cinta berbasis Shodr (lapisan hati luar)
Ciri-cirinya adalah perasaan mudah gelisah,
kecenderungan yang ada adalah untuk memiliki bukan untuk memberi.
Sifatnya jasadi atau fisik. Dan kental sekali berbau dunia. Ingin punya
ini dan ingin punya itu … tapi sering lupa mensyukuri apa yang sudah
dimiliki.
2. Cinta berbasis Qolbu (lapisan hati tengah)
Ciri-cirinya adalah perasaan kadang gelisah
tapi kadang tenang bahagia. Kadang menikmati tapi kadang menyesali.
Kadang ingat Tuhan tapi kadang ingat kekasih hati ciptaan Tuhan.
Perasaannya bolak-balik seperti Qolbu. Jika ia memiliki hati yang bersih
maka walaupun ia mencintai makhluk Tuhan, ia tetap paham prosedur
syariat yang harus dilewati. Sehingga ia bisa memiliki sesuatu dengan
cara yang dirahmati Tuhan.
3. Cinta berbasis Fuad (lapisan hati dalam)
Inilah cinta yang sejati, sangat dalam dan
penuh sensasi yang melupakan (dunia). Ia begitu dalam sehingga tidak
mudah lepas, bahkan tidak bisa lepas. Hatinya bergantung penuh kepada
Tuhan. Ia nyaris lupa akan dunia. Dan itulah yang jadi masalahnya. Ia
terkadang lupa akan bajunya yang mungkin saja kurang pantas dilihat. Ia
tidak lagi memikirkan penilaian orang terhadapnya. Itu sebabnya ia pun
sering beristghfar karena khawatir tidak mampu mencintai Makhluk Tuhan,
sehingga ada yang terzalimi karena begitu kuat cintanya kepada Tuhan.
Hatinya tenang karena dekat kepada Tuhan, dan hatinya pun gelisah karena
ingat dosa-dosanya yang tak mampu dilihatnya. Mungkin saja ia sampai
bingung apalagi yang mau di-istighfari, padahal ia sangat menyukai
istighfar dan taubat, tapi ia begitu anti berbuat maksiat.
Triangular Theory of Love (Teori segitiga Cinta)
Di dalam teori ini, cinta digambarkan
memiliki tiga elemen/komponen yang berbeda, yaitu : keintiman
(intimacy), gairah/nafsu (passion), dan kesepakatan/komitmen
(commitment). Teori ini dikemukakan oleh Robert Sternberg – seorang ahli
psikologi. Berbagai gradasi maupun jenis cinta timbul karena perbedaan
kombinasi di antara ketiga elemen tersebut. Suatu hubungan interpersonal
yang didasarkan hanya pada satu elemen ternyata lebih rapuh daripada
bila didasarkan pada dua atau tiga elemen.
Berdasarkan “Triangular Theory of Love” disebutkan beberapa bentuk-bentuk (wajah) cinta, yaitu :
1. Menyukai (liking) atau pertemanan
karib (friendship), yang cuma memiliki elemen intimacy. Dalam jenis ini,
seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan orang
lain tanpa adanya perasaan gairah/nafsu yang menggebu atau komitmen
jangka panjang.
2. Tergila-gila (infatuation) atau
pengidolaan (limerence), hanya memiliki elemen passion. Jenis ini
disebut juga Infatuated Love, seringkali orang menggambarkannya sebagai
“cinta pada pandangan pertama”. Tanpa adanya elemen intimacy dan
commitment, cinta jenis ini mudah berlalu.
3. Cinta hampa (empty love), dengan
elemen tunggal commitment di dalamnya. Seringkali cinta yang kuat bisa
berubah menjadi empty love, yang tertinggal hanyalah commitment tanpa
adanya intimacy dan passion. Cinta jenis ini banyak dijumpai pada kultur
masyarakat yang terbiasa dengan perjodohan atau pernikahan yang telah
diatur.
4. Cinta romantis (romantic love).
Cinta jenis ini memiliki ikatan emosi dan fisik yang kuat (intimacy)
melalui dorongan passion.
5. Cinta persahabatan sejati
(companionate love). Didapatkan pada hubungan yang telah kehilangan
passion tetapi masih memiliki perhatian dan intimacy yang dalam serta
commitment. Bentuk cinta seperti ini biasanya terjadi antar sahabat yang
berlawanan jenis.
6. Cinta semu (fatuous love),
bercirikan adanya masa pacaran dan pernikahan yang sangat bergelora dan
meledak-ledak (digambarkan “seperti angin puyuh”), commitment terjadi
terutama karena dilandasi oleh passion, tanpa adanya pengaruh intimacy
sebagai penyeimbang.
7. Cinta sempurna (consummate love),
adalah bentuk yang paling lengkap dari cinta. Bentuk cinta ini merupakan
jenis hubungan yang paling ideal, banyak orang berjuang untuk
mendapatkan, tetapi hanya sedikit yang bisa memperolehnya. Sternberg
mengingatkan bahwa memelihara dan mempertahankan cinta jenis ini jauh
lebih sulit daripada ketika meraihnya. Sternberg menekankan pentingnya
menerjemahkan elemen-elemen cinta ke dalam tindakan (action). “Tanpa
ekspresi, bahkan cinta yang paling besar pun bisa mati” kata Sternberg.
8. Non Love, adalah suatu hubungan
yang tidak terdapat satupun dari ketiga unsur tersebut. hanya ada
interaksi namun tidak ada gairah, komitmen, ataupun rasa suka.
Bentuk-bentuk Cinta:
Imam Ghazali membagi cinta dalam 4 macam, yaitu :
Sumber:- Pertama, cinta kepada orang lain karena motivasi terhadap diri orang tersebut. Ini mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat manakala memandang, mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang
yang dicintainya. Rasa senang itu dikarenakan ia menilainya baik.
Sesuatu yang indah terasa nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap
keindahannya dan seluruh
kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri bergantung penilaian
baik, sementara penilaian baik bergantung pada perjumpaan dan kecocokan
watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya berupa sifat lahiriah seperti
cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah misalnya karena ia cerdas,
suka bercanda, dan akhlaknya baik.
Dikatakannya pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius. Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan berpisah.”
Sikap mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan. Jika dipaksakan maka pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat keduanya akan berpisah karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam bertemanan itu karena adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang terpuji ialah kesamaan dalam iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua mukmin sungguh akan bertemu meskipun berjarak satu hari perjalanan, bahkan sekalipun mereka sama sekali belum pernah melihat satu sama lain di dunia ini.” - Kedua, mencintai seseorang karena mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya dijadikan sarana untuk kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak memberikan keuntungan, ia tidak mencintainya. Cinta
seperti ini bagaikan seseorang mencintai eas, perak, atau uang.
Kecintaannya karena ia bisa dipakai sarana untuk menyenangkan hidup.
Menurut Imam Ghazali, “Jika cinta hanya demi manfaat duniawi, berarti tidak dilandasi cinta karena Allah. Walaupun cintanya itu bermanfaat bagi hidupnya, tetapi jika hanya ditujukan untuk kepentingan duniawi, seperti cinta murid kepada guru, ini pun bukan cinta karena Allah. Hal itu semata-mata murid mencintai guru demi mendapatkan ilmu. Jadi, sesungguhnya sangat murid tersebut mencintai ilmunya. Jika ilmu itu tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah melainkan mendapatkan jabatan, kekayaan dan penghormatan manusia. - Ketiga, mencintai seseorang karena sesuatu di luar objek cinta yang tidak sebatas dunia melainkan terkait dengan akhirat. Misalnya murid mencintai gurunya karena ingin mendapatkan ilmu sehingga ia memiliki akhlak luhur demi tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat. Atau misalnya, seorang lelaki menikahi perempuan shalihah dengan maksud menjaga diri mereka dari godaan syetan dan memelihara agama, atau guna mendapatkan keturunan yang baik, sehingga ia mencintai pasangannya.
- Keempat, mencintai demi dan karena Allah semata. Cinta inilah yang memiliki kedudukan paling tinggi. Sebagai gambaran, seorang pemuda mencintai gadis, maka ia tidak hanya mencintai gadis itu. Ia juga mencintai orang yang mencintai gadis itu, orang yang dicintai gadis itu, orang yang membantu, orang yang memuji, dan teman-teman si gadis. Ia mencintai apa yang dimiliki gadis itu.
Begitu pula jika seseorang yang beriman mencintai Allah dengan kuat dan segenap hatinya, maka rasa itu akan melebar kepada segala sesuatu selain Dia karena segala sesuatu itu merupakan ciptaan Nya dan bukti kebenaran Nya. Cinta kepada Allah dapat terwujud disebabkan harapan yang kuat terhadap janji-janji Nya di akhirat.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta
- http://basotrangers.blogspot.com/2012/03/3-unsur-tentang-cinta.html
- http://mahisaajy.blogspot.com/2011/02/3-tingkatan-cinta-dan-berbagai-bentuk.html
- http://erosandi.blogspot.com/2011/05/empat-macam-bentuk-cinta.html
- http://kongaji.tripod.com/myfile/Ali_Imran_ayat_31_32.htm
0 comments:
Post a Comment