Terapi Humanisitik dan contoh kasus


Disusun Oleh:
Andi Anisa Soraya Darmawangsa 10513862
3PA11
Depok
2016


BAB I
DASAR TEORI
HUMANISTIK

A. Definisi dan Sejarah Terapi Humanistik
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan. Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial, mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang
berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.

B. Konsep Dasar Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow
Pada awal karirnya, Maslow melakukan observasi terhadap monyet.Ia melakukan pengamatan intensif terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya, jika Anda lapar dan haus, maka Anda akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga. Anda dapat hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu, tetapi tanpa air Anda hanya dapat hidup selama beberapa hari saja, karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada kebutuhan akan makan. Tetapi, jika Anda sangat haus, tapi kemudian tersedak dan Anda tidak dapat bernapas, maka kebutuhan untuk bernapas lebih penting dibandingkan dengan kebutuhan akan air untuk minum.
Berdasarkan pengalaman tersebut Maslow membuat ide mengenai hierarki kebutuhan yang sangat terkenal. Menurutnya, terdapat lima lapisan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, mineral, dan vitamin, termasuk juga kebutuhan untuk menjaga keseimbangan pH ( menjadi terlalu asam atau basa akan dapat membunuh ) dan temperature ( 98,6 atau dekat dengan itu ) selain itu, terdapat juga kebutuhan untuk aktif, istirahat, tidur, untuk mengeluarkan limbah ( CO2, keringat, urin, dan kotoran ), kebutuhan untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhan untuk berhubungan seks. Maslow percaya dengan penelitian yang menyatakan bahwa kebutuhan ini sebenrnya bersifat individual. Misalnya, kekurangan vitamin C akan menyebabkan kelaparan yang sangat sfesifik terhadap vitamin C, seperti jus jeruk.
b. Keselamatan dan Kebutuhan Keamanan
Ketika sebagian besar kebutuhan fiiologis sudah dipenuhi, maka lapisan kedua akan datang. Anda akan menjadi makin tertarik untuk menjadi keadaan aman, stabil, serta terlindungi. Anda mungkin perlu untuk mengembangkan struktur, ketertiban, dan keteraturan. Kebutuhan sekarang bukan lagi lapar dan haus tetapi kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari ketakutan dan kecemasan. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan tersebut di manifestasikan dalam bentuk keinginan untuk memiliki sebuah rumah di lingkungan aman, keamanan di lingkungan kerja, rencana pensiun, asuransi, dan sebaginya.
c. Kebutuhan Memiliki Cinta
Ketika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan sebagian besar sudah terpenuhi, maka lapisan ketiga kebutuhan mulaai muncul. Anda mulai merasa perlu memiliki teman, kekasih, anak-anak, hubungan kasih sayang
secara mendalam dan ikatan sosial. Anda mulai merasa rentan terhadap kesepian dan kegelisahan sosial. Dalam kehiduan sehari-hari, kita menunjukan kebutuhan ini dalam bentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari sebuah komunitas, bagian dari keluarga besar, daan anggota suatu klub, termasuk juga bagian dari apa yang kita cari dalam sebuah karir.
d. Kebutuhan Penghargaan
Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedikit harga diri. Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang “tinggi” adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, seperti keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Kebutuhan penghargaan diri dikategorikan tinggi karena bentuknya tidak seperti rasa hormat dari orang lain. Misalnya, apabila menyangkut harga diri, maka akan sulit untuk merasa kalah (perasaan lebih rendah). Versi negatif kebutuhan ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas (inferiority complexs). Dalam hal ini, Maslow mengakui konsep Adler mengenai kompleks inferioritas yang merupakan akar dari sebagian besar masalah-masalah psikologis kita.
Keempat tigkatan yang awal hierarki di atas disebut deficit kebutuhan, atau D-need. Jika anda tidak memenuhi satu kebutuhan, berarti anda memiliki satu deficit, anda merasa perlu untuk memenuhinya. Namun, jika anda memenuhi semua yang anda butuhkan, anda tidak merasa defisit sama sekali. Dengan kata lain, kebuuhan tersebut berhenti memotivasi diri.
Maslow juga membahas tingkatan tersebut dalam prinsip homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang di gunakan untuk tungku thermostat anda ketika beroperasi : apabila terlalu dingin, akan berganti menjadi panas, tetapi ketika hari terlalu panas, panas switch off (mati) kemudian kembali kepada suhu yang sesuai. Dengan cara yang sama, tubuh anda saat ini berkerja
seperti ini, pada suatu saat anda lapar, maka anda akan berusaha memenuhi kebutuhan ini dengan makan, maka kebutuhan pun hilang dan rasa lapar berhenti. Maslow kemudian memperluas prisip homeostatis untuk berbagi kebutuhan, seperti keselamatan, perasaan mmiliki, dan penghargaan.
Maslow melihat semua kebutuhan ini sebagai kebutuhan dasar hidup. Demikian juga dengan cinta dan harga diri yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan. Menurutnya, kita semua memiliki kebutuhan ini dan semuanya berasal dari genetis, seperti halnya naluri. Bahkan, dia menyebut naluriah sebagai kehidupan.
e. Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dan agak sedikit berbeda adalah aktualisasi diri. Maslow menggunakan berbagai istilah untuk menyebutkan tingkatan ini. Maslow menyebutnya pertumbuhan motivasi (berbeda dengan definisi motivasi), karena kebutuhan aktualisasi diri adalah B-needs (B-being), berbeda dengan D-needs.Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.
Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai aktualisasi diri, Maslow menggunakan metode kualitatif yang disebut analisis biografi untuk mengetahui aktualisasi diri seseorang. Orang-orang yang mencapai aktualisasi diri juga memiliki cara yang berbeda berhubungan dengan orang lain. Mereka menikmati kesendirian, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya, mereka juga menikmati hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan anggota keluarga secara mendalam.

C. Hakekat Pandangan Tentang Manusia
Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri. Manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak, memiliki kesadaran untuk memilih serta memiliki harapan. Meskipun memiliki kemampuan jahat dan merusak, tetapi bukan
merupakan esensi dasar dari manusia. Sifat-sifat jahat muncul dari rasa frustasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya, ketika kebutuhan akan makanan tidak terpenuhi, maka ia akan mencuri supaya dapat makan.
Maslow percaya bahwa kesempurnaan manusia tidak akan tercapai, tetapi ia menyakini bahwa manusia mampu untuk terus tumbuh dan berkembang. Manusia mempunyai potensi untuk menjadi aktual, karena kebanyakan manusia akan berjuang dalam hidupnya untuk memperoleh makanan, rasa aman, ataupun cinta.
Teori maslow didasarkan kepada pandangan mengenai sejarah manusia sebagai hewan evolusioner yang terus berproses untuk tumbuh menjadi manusia yang sesungguhnya. Selama proses tersebut, secara berangsur-angsur manusia lebih termotivasi oleh metamotivasi dan B-values. Pada umumnya, perilaku manusia termotivasi oleh kebutuhan fisiologis dan rasa aman yang ditentukan oleh kekuatan dari luar, yang memposisikan perilaku aktualisasi diri manusia memiliki porsi yang lebih kecil. Individu dibentuk secara biologis (genetis) dan dipengaruhi lingkungan sosial. Ketika manusia mencapai aktualisasi diri, mereka mengalami sinergi yang baik antara kebutuhan biologis, sosial, dan aspek spiritual dalam dirinya.

D. Teknik yang Digunakan
Teknik yang digunakan oleh Abraham Maslow yaitu terapi. Menurut Maslow, tujuan terapi adalah agar klien memeroleh B-values, atau nilai kebenaran, keadilan, kesederhanaan, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut, klien harus bebas dari kebergantungan pada orang lain, supaya dorongan alami menuju pertumbuhan dan aktualisasi diri menjadi aktif. Meskipun Maslow bukan psikoterapis, dia menganggap bahwa teori kepribadiannya dapat diterapkan dalam psikoterapi.
Dalam konsep hierarki kebutuhan dinyatakan bahwa jika seseorang masih dapat bergerak pada level kebutuhan dasar (fisiologis) dan rasa aman melebihi yang lainnya, biasanya mereka tidak termotivasi untuk mencari
psikoterapis. Sebaliknya, mereka akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan akan perawatan dan kesamaan.
Kebanyakan manusia yang membutuhkan terapi adalah mereka yang memiliki kebutuhan tingkat ketiga. Tingkat kebutuhan ini biasanya dipenuhi dengan baik, tetapi masih kesulitan untuk mendapatkan kasih sayang. Karena itu, psikoterapi diarahkan kepada proses interpersonal yang hangat dan penuh kasih sayang. Dengan demikian, klien memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhan akan rasa cinta, memperoleh rasa percaya diri, dan penghargaan diri sendiri. Hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan pengobatan psikologis terbaik. Hubungan yang saling menerima akan memberikan perasaan patut dicintai dan memvasilitasi kemampuan mereka untuk mengembangkan hubungan nasihat diluar terapi.

E. Teknik Terapi Humanistik
Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
Teknik yang digunakan dalam terapi ini diantaranya :
a. Person Centered-terapy
Person centered therapy merupakan terapi yang di kembangkan oleh Carl R. Rogers pada tahun 1942. Ia memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), dan berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri).
Morse dan Watson (1977) mengungkapkan terapis client-centered juga harus memegang sikap menerima dan menganggap positif terhadap kliennya. Terapis juga harus memiliki keinginan yang terus menerus untuk
memahami dunia pribadi kliennya, dan dia harus berkomunikasi memahami dengan empati.
Ada sejumlah teknik tertentu yang membantu terapis dalam interaksi dengan klien. Salah satu teknik adalah dengan clarification of the client's feelings, dimana akan mencerminkan perasaan klien.
Teknik lain adalah simple acceptance, restatement of content, dan nondirective leads.
Simple acceptance: dimana terapis memngusahakan klien dapat menerima keterangan dari terapis, menambah komunikasi sebagai pemahaman secara empati dan hal positif tanpa syarat. Hal ini dapat dilakukan baik secara verbal dan nonverbal.
Restatement of content: untuk membantu pemahaman klien dari masalah yang mungkin membingungkan.
Nondirective leads: intinya jelas dalam awal terapi. Terapi membantu klien untuk mengembangkan topik dan untuk mengarahkan diskusi dalam situasi terapi.
b. Gesalt terapy
Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu–individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa“ dan “bagaimana” tingkahlaku dan pengalaman disini-dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui.
Terapis Gestalt secara aktif menunjukkan bagaimana klien bisa dengan mudah lari dari saat sekarang dan memasuki masa lampau atau masa depan. Sasaran Perls adalah membantu orang-orang membuat hubungan dengan pengalaman-pengalaman mereka secara jelas dan segera ketimbang semata-mata berbicara tentang pengalaman-pengalaman itu. Jadi, jika klien mulai bicara tentang kesedihan, kesakitan, atau
kebingungan, terapis membuat usaha-usaha agar klien mengalami kesedihan, kesakitan, atau kebingungan itu sekarang. Pembicaraan tentang masalah hanya akan menjadi suatu permainan kata tak berakhir yang menjurus pada diskusi dan eksplorasi yang tidak produktif atas makna-makna yang tersembunyi. Itu adalah salah satu cara menolak pertumbuhan, juga suatu cara untuk menipu diri sendiri. Untuk mengurangi bahaya penipuan diri itu, terapis berusaha mengintensifkan dan memperkuat perasaan-perasaan tertentu.
Tidaklah tepat mengatakan bahwa para terapis Gestalt tidak menaruh perhatian pada masa lampau individu. Masa lampau itu penting apabila dengan cara tertentu berkaitan dengan tema-tema yang signifikan yang terdapat pada fungsi individu saat sekarang. Apabila masa lampau memiliki kaitan yang signifikan dengan sikap-sikap atau tingkah laku individu sekarang, maka masa lampau itu ditangani dengan membawanya ke saat sekarang sebanyak mungkin. Jadi, apabila klien bicara tentang masa lampaunya, maka terapis meminta klien agar membawa masa lampaunya itu ke saat sekarang dengan menjalaninya kembali seakan-akan masa lampau itu hadir pada saat sekarang.
Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tak terungkapkan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
Levitsky dan Perls menyajikan suatu uraian ringkas tentang sejumlah permainan yang bisa digunakan dalam terapi Gestalt, yang mencakup :
a. Permainan-permainan dialog,
b. Membuat lingkaran,
c. Urusan yang tak selesai
d. “saya memikul tanggung jawab”,
e. “saya memiliki suatu rahasia”,
f. Bermain proyeksi,
g. Pembalikan,
h. Irama kontak dan penarikan,
i. “ulangan”,
j. “melebih-lebihkan”,
k. “bolehkah saya memberimu sebuah kalimat?”
l. Permainan-permainan konseling perkawinan, dan
m. “bisakah anda tetap dengan perasaan ini?”
c. Logo Therapy
Frankl menyetujui konsep sigmund freud mengenai ketidaksadaran tetapi menganggap kemauan untuk lebih mendasar dari kesenangan. Perbedaan utama antara logotherapy dan psikoanalisis adalah bahwa Freud dan Adler fokus pada masa lalu, sementara logoterapi lebih berfokus pada masa depan. Logoterapi berarti terapi melalui makna dan mengacu pada pendekatan yang berorientasi pada spiritual Frankl untuk psikoterapi.
Frankl cenderung menekankan kemitraan antara klien dan terapis selama pencarian makna.
a. komitmen untuk berkomunikasi secara otentik dengan terapis
b. komunikasi terapis paling dasar menekankan kemanusiaan
c. perhatian utama terapis adalah menjadi seperti klien.
Teknik terapi untuk logo therapy adalah:
a. Paradoxial Intention
Klien didorong untuk melakukan sesuatu pada hal yang sangat ia takuti (mulai dari fobia hingga ke obsesif kompulsif). Teknik ini didasarkan pada kemampuan manusia untuk dapat memutus lingkaran setan, yaitu orang dengan neurosis psikogenik, seperti fobia, kecemasan, dan perilaku obsesif-kompulsif. Pada penerapan intensi paradoksial, terapis
mencoba, untuk memobilisasi dan memanfaatkan kapasitas ekslusif manusia. Pada kasus gangguan obsesif-kompulsif klien berperang melawan obsesi atau dorongan. Namun, semakin ia melawan, gejala tersebut justru semakin menjadi kuat, mengacu pada Guttmann, intensi paradoksial telah digunakan dengan meningkatkan frekuensi dengan hasil yang baik terutama dalam mengobati klien yang menderita fobia dan gangguan obsesif-kompulsif.
b. Dereflection
Teknik ini dibangun pada kapasitas self-distancing dan self-transcendence manusia. Klien diminta untuk mengarahkan perhatian mereka jauh dari masalah mereka ke aspek yang lebih positif dari kehidupan mereka.
c. Modification of attitudes
Digunakan untuk noogenic neurosis, depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau penyakit. Penekanannya pada pada reframing sikap dari negatif ke positif.
d. Analysis Transaksional
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada kepribadian, komunikasi, dan relasi manusia atau hubungan interaksional. Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.

F. Tujuan Pendekatan Humanistik
a. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya. “Saya adalah saya”.
b. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
c. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.
d. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.

G. Kelebihan dan Kelemahan Teori Humanistik
1. Kelebihan Teori Humanistik
a. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
2. Kelemahan Teori Humanistik
a. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
b. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

BAB II
CASE STUDY

A. Biodata Klien
Nama: Udin
Usia: 34 Tahun
Status: Lajang
Pekerjaan: Karyawan
Agama: Islam
B. Latar Belakang Kasus
Udin (34 tahun) adalah pria mapan, ia sudah memiliki rumah, mobil, dan juga kekayaan yang berhasil dia dapatkan dengan usahanya sendiri. Karir Udin dalam dunia pekerjaan juga dibilang sangat memuaskan namun Udin tidak pernah bisa bergaul dengan baik sejak ia ditinggal meninggal oleh tunangannya yang bernama Anna (28 tahun) karena penyakit kanker.

C. Deskripsi Kasus
Udin (35 tahun) adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Dari kecil ia didik untuk menjadi seorang pembisnis sehingga saat ia memasuki dunia kerja, tidak heran jika karir Udin melejit dengan cukup pesat. Saat usia Udin 32 tahun, Udin melamar Anna yang baru dikenalnya selama satu bulan di sebuah kafe. Pada awalnya Anna menolak Udin karena merasa Udin tidak mengenal Anna tetapi karena Udin tetap gigih, Anna akhirnya mengizinkan Udin mengenalnya dan dalam waktu satu bulan mereka bertunangan.
Pertunangan mereka ditentang keluarga Udin, terutama karena Anna tidak pernah membawa Udin untuk berkenalan dengan keluarga Anna atau mengizinkan Udin untuk mengantar Anna ke rumahnya. Anna juga suka sekali menghilang dan pada saat Anna tidak dapat dihubungi secara misterius, Udin hanya bisa menunggu Anna untuk kembali.
Suatu hari Anna akhirnya menceritakan mengenai keluarganya, bahwa Anna hanya tinggal bersama kakak dari Ibunya karena ibunya meninggal karena kanker dan ayah Anna pergi meninggalkannya untuk menikah dengan
orang lain. Anna juga mengenalkan Udin pada satu temannya dan dari temannya diketahui bahwa sebelumnya Anna juga pernah bertunangan namun pertunangan itu selesai dengan tiba-tiba, tidak ada yang tahu alasan sebenarnya kecuali Anna.
Menghilangnya Anna kali ini membuat Udin tidak tenang karena ia kini tahu bahwa Anna sebelumnya sudah pernah bertunangan maka saat Anna kembali, Udin langsung bertanya dia pergi kemana saja tapi Anna tidak menjawab dan benar saja Anna meminta putus darinya. Tentu saja Udin tidak menerimanya hingga membuat Anna menangis tapi Anna tidak menceritakan alasannya, pada akhirnya Anna tetap pergi begitu saja setelah meminta putus secara sepihak.
Keesokan harinya Udin menerima surat dari Anna yang dikirimkan oleh teman Anna. Kemudian teman Anna bercerita bahwa seperti ibunya, Anna juga mengidap kanker yang sudah parah, dan karena mengenal Udin, Anna ingin hidup tetapi semuanya terlambat. Tetapi setelah memaksa Anna diberikan kesempatan untuk dioperasi dengan kemungkinan 80:20 kalau Anna akan selamat. Anna mengambil kesempatan itu tapi pada akhirnya Anna meninggal dan meninggalkan surat untuk Udin yang berisikan bahwa Anna meninggalkan hatinya untuk Udin selamanya.
Ditinggalkan oleh Anna yang walau dikenalnya hanya beberapa bulan membuat karir Udin merosot begitu juga kemampuannya dalam bergaul dan hal itu sudah berlangsung selama 2 tahun.

D. Penanganan Kasus
Dalam kasus ini teknik pertama yang bisa digunakan adalah teknik psikoanalisa yaitu transferensi. Karena Anna bersikap misterius, ada hal-hal yang tidak sempat diungkapkan oleh Udin kepada Anna, maka Udin akan mengeluarkan segala emosi yang ia tekan selama ini pada konselor dan setelah Udin merasa sedikit lega, teknik berikutnya yang dapat digunakan yaitu teknik humanistik dengan pendekatan logo teraphy yaitu dengann modification attitude. Teknik modification attitude digunakan untuk noogenic neurosis,
depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau penyakit. Penekanannya pada reframing sikap dari negatif ke positif.
Udin yang mengalami depresi berat karena ditinggal meninggal oleh Anna akan diminta untuk menemukan sisi positif dari hal negatif yang ia alami. Terapis akan memposisikan diri sebagai Udin dan memberi tahu hal-hal positif yang telah ia lalui walau sudah tidak bersama Anna, memberitahu bahwa Anna meninggalkannya dengan harapan Udin tidak mengalami depresi dan juga bahwa walau mereka hanya mengenal sebentar tetapi Udin sudah berhasil membuat Anna berani menghadapi penyakitnya.
Dengan memberitahu hal-hal positif tersebut, depresi yang dialami Udin akan menurun dan akhirnya Udin dapat kembali merintis karirnya yang sempat menurun dan kembali bergaul dengan teman-temannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://nurfadiyah.blogspot.co.id/2016/04/teknik-terapi-humanistik.html
http://bk11unmul.blogspot.co.id/2012/11/makalah-teori-humanistik.html
http://anggindee.blogspot.co.id/2016/04/tenik-teknik-terapi-humanistik.html
http://psiervianto.blogspot.co.id/2013/05/psikologi-konseling-terapi-gestalt.html

posted under |

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.
Powered by Blogger.

Popular Posts

Followers


Recent Comments